Kita lenyap bagai kilauan kilat di musim hujan, lalu berjatuhan bagai serbuan peluru gerimis yang tak bisa lagi terbendung. Puan datang tak terduga, melangkah bagai serberkas cahaya. Puan menghilang…
Nestapa yang diderita gerakan Ikhwanul Muslimin begitu memilukan. Kematian pemimpinnya, Hasan Al Banna lalu disusul penangkapan para anggota Ikhwan disusul pula dengan disitanya aset-aset yang dimiliki oleh Ikhwanul Muslimin. Salah satunya ditutupnya markas besar Ikhwanul Muslimin dan dilarangnya gerakan ini oleh pemerintah pusat Mesir. Pemerintah telah memberi cap kepada organisasi ini sebagai organisasi terlarang dan berbahaya. Siapapun yang masih terlihat dan ketahuan memiliki kontak terhadap organisasi ini diamankan.
Terbunuhnya Hasan Al Banna dan pembubaran organisasi Ikhwan memenuhi media-media massa di Mesir dan di luar negeri. Saat itu salah seorang pegawai negara pemerintahan Mesir yang sedang bertugas di Amerika tidak sengaja membaca berita yang sedang hangat disorot oleh media. Ia juga melihat kondisi masyarakat Amerika yang puas dan riang dengan mengadakan pesta atas terbunuhnya pemimpin organisasi Ikhwanul Muslimin, Hasan Al Banna.
Terbitlah suatu keanehan yang menimpa dirinya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dari benaknya. Membuat ia berpikir keras, apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa media asing dan masyarakat Eropa begitu bangga dengan kematian Hasan Al Banna? Siapa sosok Hasan Al Banna? Hal apa yang telah ia lakukan sehingga kepergiannya membuat masyarakat Eropa begitu riang, terutama Amerika? Pertanyaan-pertanyaan ini membuat hatinya gusar dan ingin mencari. Nanti dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, terjadilah revolusi besar dalam diri penulis Ma'alim Fii Ath Thariq.
Dari dulu sampai saat ini Islam akan selalu melahirkan para pemikir dan para pejuang. Bukan saja karena sifat agama ini yang lebih mengedepankan usaha dan perjuangan daripada hasil. Tetapi juga karena agama ini adalah agama yang sesuai dengan fitrahnya manusia. Dan sang pembuat agama ini adalah Yang Maha Hebat dan Maha Kuasa atas segala apa pun.
Selain itu juga motivasi berjuang ini telah dapat disaksikan dari sejarah Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya. Yang tidak pernah melewati sedetik pun waktu, selain mereka gunakan untuk berjuang dalam menegakkan kalimat tauhid. Dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, aktifitas yang mereka lakukan adalah untuk merobohkan sistem jahiliah dan menegakkan sistem ilahiah. Itulah sebaik-baik contoh teladan yang mampu kita dapati.
Dari dorongan yang begitu besar melalui sejarah Muhammad dan para sahabat, maka lahirlah seorang pemuda yang hidup dan matinya hanya diserahkan untuk Islam. Yang telah benar-benar mencicipi manisnya iman. Sehingga dunia dan seisinya telah ia jual untuk mendapatkan kenikmatan hidup di akhirat. Ia lah nanti yang sebagian orang akan menganggapnya sebagai salah satu pemikir Islam terbesar abad 20.
Namanya Sayyid Qutb. Lahir dari keluarga muslim dan taat. Ibunya bernama Fatimah. Wanita yang selalu memotivasi anak-anaknya sejak kecil untuk menjadi seorang penghapal Qur'an. Keinginan ibunya ini sangat membekas di lubuk hati Sayyid Qutb kecil. Nanti keinginan ibunya ini menjadi kenyataan. Dalam kata pengantar bukunya "At-Tashwiirul Faniy fiil Qur'an" Sayyid Qutb memberikan ucapan khusus untuk ibundanya.
"Satu hal yang menjadi prioritas harapanmu adalah semoga Allah berkehendak membukakan rahmat-Nya untukku hingga aku mampu menghafal Al Quran dan semoga Allah menganugerahkan aku suara yang bagus untuk melantunkannya sehingga aku dapat membacakannya untukmu di setiap waktu. Kemudian kamu ubah jalan hidupku pada akhirnya ke sebuah jalan hidup baru yang kini sedang aku telusuri; setelah separuh harapanmu terwujud, yaitu aku telah menghafal Al Qur'an seluruhnya!"
Lain halnya dengan ayahnya. Ibrahim meskipun hanya seorang petani desa biasa adalah muslim yang taat. Ayahnya juga memberikan kesan mendalam bagi pribadi Sayyid Qutb. Ayahnya tidak pernah memarahinya sedikitpun dan menanamkan di hati Sayyid Qutb ketakwaan kepada Allah dan rasa takut pada hari akhirat. Kesan yang mendalam yang ia dapatkan dari ayahnya, ia tulis dalam sebagai kata pengantar bukunya "Hari Kiamat Dalam Al Qur'an."
Sayyid Qutb dan Hasan Al Banna lahir di tahun yang sama, 1906. Kedua tokoh ini pun sama-sama mengenyam bangku kuliahan di Universitas Darul Ulum. Hanya saja lain jurusan. Sayyid Qutb mengambil jurusan studi ilmu pengetahuan dan kesusastraan modern. Lulus pada tahun 1933 dan setelah menyelesaikan studinya Sayyid Qutb langsung diangkat Dosen di Universitas tempat ia menimba ilmu.
Saat di Darul Ulum, seorang anak Indonesia pernah menjadi sahabat karib Sayyid Qutb ketika di masa bangku kuliah. Pemuda itu bernama Ahmad Kahar Muzakir, salah satu anggota BPUPKI. Dan nanti Ahmad Kahar Muzakir pula yang meminta Sayyid Qutb sebagai guru privat bahasa Arab bagi pemuda yang nanti bakal menjadi Menteri Agama pertama Indonesia. Pemuda itu adalah Dr. Muhammad Rasjidi saat kuliah di Darul Ulum pernah belajar langsung dengan Sayyid Qutb.
Beberapa tahun kemudian karir Sayyid Qutb cukup melaju pesat. Ia diterima menjadi pengawas sekolah pada Kementrian Pendidikan Pemerintah Mesir. Saat itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Mesir jabatannya dipegang oleh Dr. Taha Husein. Beliau juga termasuk guru Sayyid Qutb dalam hal sastra. Nanti guru dan murid berbeda haluan pemikiran. Pada saat itu Taha Husein begitu liberal dan memuji-muji kemajuan yang diperoleh peradaban Barat.
Beberapa tahun kerja sebagai pegawai pemerintah, Sayyid Qutb dikirim ke Amerika untuk membawa misi mempelajari kebudayaan Amerika yang nanti setelah pulang akan membawa ilmu baru bagi Pemerintah Mesir. Di Amerika lah Sayyid Qutb memperoleh hidayah dan melakukan suatu revolusi besar dalam hidupnya. Sehingga ia mencatatkan diri sebagai syuhada dan pemikir Islam abad 20 setelah nanti bergabung bersaman organisasi Ikhwanul Muslimin.
Meskipun Sayyid Qutb lahir dari keluarga muslim yang taat dan mendapatkan pendidikan Islam sedari kecil, minat Sayyid Qutb terhadap perjuangan Islam masih belum ada sama sekali. Baru setelah ia meresmikan bergabung bersama organisasi Ikhwan, minatnya kepada perjuang Islam membuncah seketika. Seluruh tenaganya siang dan malam tercurahkan kepada Islam. Sayyid Qutb bukan termasuk yang suka tampil kedepan atau sebagai orator ulung layaknya Hasan Al Banna. Yang dipunyai Sayyid Qutb adalah penanya. Kekuatan tulisannya sangat mengagumkan dan gaya penulisannya sangat sastrawi dan indah. Di sinilah tempatnya untuk memberikan seluruh perhatian dan tenaganya. Kontribusinya untuk Islam adalah melalui karya-karya yang ia tulis. Pikirannya diperas untuk menjelaskan Islam sejelas-jelasnya dengan bahasa yang indah. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang pernah beliau katakan, "satu peluru hanya menembus satu kepala. Tapi satu tulisan mampu menembus ribuan kepala."
Sayyid Qutb mengakui tidak pernah mengenal Ikhwanul Muslimin sampai ia berangkat ke Amerika dan mendengar kabar kematian Hasan Al Banna dan melihat warga Amerika yang begitu riang. Meskipun begitu dia belum sama sekali tertarik untuk bergabung bersama gerakan Ikhwan. Tapi minatnya untuk mengenal organisasi ini telah muncul.
Sampailah pada suatu ketika saat Sayyid Qutb pulang dari Amerika di akhir tahun 1950, beberapa anggota Ikhwan menyambangi kediamannya. Di sana para anggota Ikhwan merasa dekat dan terwakili dari apa yang Sayyid Qutb tulis dalam bukunya Keadilan Sosial Dalam Islam. Saat itu Sayyid Qutb merasa terheran. Buku itu ia tuliskan secara umum dan untuk dibaca oleh siapa saja. Tidak seperti apa yang dipikirkan oleh para kader Ikhwan tersebut. Para kader Ikhwan merasa terpanggil dari kalimat yang Sayyid Qutb tulis, "kepada para pemuda yang telah aku panggil dalam khayalanku, yang menginginkan agama ini baru seperti pertama kalinya diturunkan. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap cacian para pencaci."
Sayyid Qutb resmi bergabung bersama Ikhwan di tahun 1953. Setahun setelah bergabung bersama Ikhwan terjadilah peristiwa yang membuat Sayyid Qutb harus mendekam dibalik jeruji besi. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan insiden Al Mansyiah. Di mana disebutkan bahwa gerakan Ikhwan melakukan serangan teror dengan penembakan terhadap Gamal Abdul Naser, presiden Mesir pertama setelah revolusi Mesir. Sayyid Qutb dianggap sebagai aktor utama yang memainkan aksi penembakan tersebut.
Tetapi sebelum terjadinya peristiwa tersebut saat resmi bergabung dengan Ikhwan, Sayyid Qutb ditempatkan sebagai pemegang dan pengisi majalah-majalah yang diterbitkan oleh Ikhwan. Di sanalah ia tumpahkan segala pemikirannya terhadap Islam. Tulisannya yang indah dan begitu tajam sangat disukai oleh masyarakat Mesir tetapi ditakuti oleh Pemerintahan Gamal Abdul Naser. Tulisan Sayyid Qutb mampu membangkitkan kembali komunitas Muslim yang tertidur. Di sisi lain menggetarkan kursi kekuasaan.
Sayyid Qutb menjadi wajah baru bagi Ikhwan. Wajar saja kalau Sayyid Qutb dianggap sebagai ideolog Ikhwan yang kedua setelah kepergian Hasan Al Banna. Karya-karyanya sangat bernas dan mencermikan kepandaiannya dalam meramu tulisan tiada bandingnya. Gaya penulisan ini bisa jadi ia dapatkan dari gurunya, Muhammad Al Akkad seorang sastrawan besar di Mesir.
Kembali kepada peristiwa Al Mansyiah, Sayyid Qutb dan beberapa anggota Ikhwan mendekam dibalik jeruji besi. Saya tidak perlu menceritakan bagaimana kejinya pelayanan yang diberikan para sipir penjara terhadap Sayyid Qutb dan para kader Ikhwan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mereka tetap sabar dan percaya pada kepastian janji yang Allah telah siapkan untuk mereka.
Namun meskipun mendapatkan siksaan terus menerus Sayyid Qutb tetap produktif dalam menulis. Hal yang tiada bandingnya bagi masa itu. Sayyid Qutb mungkin bisa saja kita samakan Ibnu Taimiyahnya Mesir. Dibalik penjara Sayyid Qutb menghasilkan karya-karya yang cukup gemilang. Sebut saja misalnya Ma'alim Fii Ath Thariq dan selesainya karya dalam bidang tafsir Al Quran. Tafsir ini beliau namakan Fii Dzila Lil Qur'an atau Di Bawah Naungan Al Qur'an. Seketika saya melihat ada kesamaan Sayyid Qutb dengan Buya Hamka yang sama-sama menyelesaikan tafsirnya di penjara.
Sampailah pada peristiwa yang menyedihkan itu. Setelah berkali-kali keluar masuk penjara dengan sakit yang dideritanya, pemerintahan Gamal Abdul Naser mengetok palu bahwa adalah hukuman mati bagi terdakwah Sayyid Qutb. Hukuman mati ini dilaksanakan dengan hukuman gantung. Pada tanggal 29 Agustus 1966, saat itu Indonesia masih berbenah dalam menyelesaikan huru hara Komunisme, pemikir besar nan revolusioner itu harus mengakhiri hidupnya di tiang gantungan. Dengan kalimat yang selalu hidup dalam sanubarinya Sayyid Qutb meninggalkan dunia yang fana ini naik ke dunia yang azali dan abadi.
Beliau pergi dengan meninggalkan banyak karya-karyanya. Sebut saja, "Inilah Islam", "Hari Kiamat Dalam Al Qur'an", "Hari Esok Untuk Islam", "Keadilan Sosial Dalam Islam", "Masyarakat Islam", "Masa Depan di Tangan Islam", "Tafsir Fii Dzilalil Qur'an", dll.
Menurut Muhammad Imarah, Sayyid Qutb telah menghasilkan karya sepanjang hidupnya, 24 buku, beberapa kumpulan syair, 110 lagu, tiga cerita anak, empat cerpen, dua novel, dan 48 makalah. Ia juga menurut Muhammad Imarah telah meninggalkan pintu baru bagi kebangkitan Islam modern, menolak untuk pasrah terhadap keadaan yang ada, serta mengajak untuk mengubahnya dengan kekuatan.
Sayyid Qutb telah meninggalkan kita semua. Meskipun banyak hal yang besar yang telah beliau torehkan kepada Islam, tentunya ada pula kesalahannya. Sehingga banyak pula yang menolak dan memberikan hal-hal negatif terhadap beliau. Tetapi saya anggap hal itu sebagai koreksian dari para ulama untuk membenarkan hal yang salah sebagai menunaikan perintah Allah, menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Terlepas dari itu semua, pengorbanan Sayyid Qutb pada agama Islam patut kita tiru.
Tentunya dalam membaca Sayyid Qutb, jangan hanya membaca satu dua karangannya saja. Tapi cobalah membaca keseluruhan karyanya, agar lebih bijaksana dalam mengambil kesimpulan.
Sekali lagi Sayyid Qutb adalah pemikir revolusioner Islam yang pernah ada pada abad 20 bersama para pemikir-pemikir lainnya, seperti Abul Hasan Ali An Nadwi, Buya Natsir, Muhammad Al Akkad, dll.
Yang berharga dari kisah orang-orang besar adalah perjalanan dan pengalaman yang pernah dideritanya selama hayatnya.
So DataTypes are everywhere in coding and depending on the framework you are working on. Lets let’s focus on the ones that are universal to software development. Can be used to show some text in any…
Making money from TikTok is possible through various ways. Here are some ways to make money from TikTok:. “How to make money from TIKTOK” is published by Ubaidullahghouri.
Our goal as developers is to write specs that maximize the values we’ve listed here — guiding the design, building confidence, and so on — while minimizing the time lost to writing, running, and…